Senin, 16 Februari 2009

SAY NO TO VALENTIN'S DAY

SEPUTAR SEJARAH PERAYAAN
VALENTINE’s DAY
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidilmursalin, wa ba`du,
Di hari-hari ini, awal Februari sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik— apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Dan kita pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi yang bukan milik kaum muslim, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.
Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui kemusyrikan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY

Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil.
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentino yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M.
Konon menurut sejarah kekaisaran Romawi pernah diperintah oleh seorang kaisar yang super kejam yaitu Claudius II. Kaisar ini adalah seorang gila perang,karena mengidam-idamkan sebuah pasukan perang yang kuat, maka ia mengumumkan sebuah keputusan gila, yakni semua pertunangan dan perkawinan harus dibatalkan. Ia mengangggap perkawinan itu akan melemahkan semangat juang tentara-tentaranya.
Akan tetapi keputusan tersebut ditentang oleh kalangan agama yakni para pendeta. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena Cladius II sangat kejam kepada yang tidak berpihak padanya. Suatu ketika munculah sang hero yang bernama Santo Valentino. Valentino menikahkan sepasang pengantin Romawi. Kemudian Valentino bukan hanya dicambuk, dipenjara tetapi dipancung. Meninggalnya Valentino pada tanggal 14 Februari 269 yang kemudian dirayakan sebagai Valentine’s Day. Hari dimana orang beramai-ramai menyatakan perasaannya kepada orang-orang yang dicintai.

HUKUM MERAYAKAN VALENTINE’S DAY

Bagaimana kita yang dari bayi telah menyatakan “Laa illaha illalllah” lantas merayakan valentin ini?
Silakan sejenak kita merenung akan fungsi dari hati nurani kita. Yang sering sekali kita bunuh dengan keegoisan diri, yang sering kita tusuk dengan pedang nafsu kita. Tentu jawabnya penghormatan yang kelewat batas terhadap Valentino ini menjadi benih-benih syirik dan tidak boleh. Sebab pengkultusan (pensucian) hanya milik Allah SWT yang memberi berjuta kenikmatan. Firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 34 bahwa, wa in ta’udduu ni’matallahi laa tuhshuhaa.....” artinya dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tak akan dapat menghitungnya.

Lagi pula sebagai seorang muslim dalam menyatakan cinta kepada yang kita cintai tidak perlu menuggu valentin kan??
Tetapi perlu kita garis bawahi cinta disini ada tingkatannya. Jangan kita menelan mentah-mentah arti cinta yang hanya untuk lawan jenis.

Adapun tingkatan cinta ada 6:
1. Al ‘alaqoh (hubungan biasa-biasa saja) atau kecenderungan semata. Ini diberikan kepada semua materi di langit dan bumii untuk dimanfaatkan. Alangkah bodohnya bila kita memberi cinta kita kepada materi dunia atau bahkan sampai menghamba pada materi.
2. Al ‘athf (Simpati) yang diberikan kepada insan sesama manusia sebagai wujud kepedulian kita untuk mendakwahi mereka.
3. Ash Shababah (Empati) yaitu yang diberikan kepada sesama muslim karena ada rasa ukhuwah yang erat.
4. Asy Syauq (Rindu) yang diberikan kepada sesama muslim yang mukmin sebagai wujud kasih sayang dan cinta.
5. Al ‘isyq (Kemesraan) yang diberikan kepada Rasullullah saw dan Islam dengan cara meneladani ajaran beliau
6. At Tattayum (Penhambaan) yaitu cinta inii hanya boleh diberikan kepada Allah dengan menghamba dan menyembah-Nya”

Sebuah hadist riwayat Abu Daud yang bercerita tentang lelaki yang tengah duduk di dekat Nabi saw.
“Saat itu lewatlah seorang lelaki dihadapan mereka. Lalu orang yang duduk di samping Nabi berkata, “Ya Rasul, sesungguhnya aku mencintainya karena Allah”
Lalu Nabipun berkata, “Sudahkah kau beritahukan padanya?”
Orang itu menjawab, “ Belum ya Rasul”
Nabi berkata,” Nah beritahukan padanya”
Orang itupun akhirnya berkata kepada orang yang dicintainya. “ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”
Kemudian dia menjawab “ Semoga Allah merahmatimu karena kau mencintai karena Allah”

Tetapi hadist ini jangan ditelan begitu saja. Pengungkapan cinta itu harus dengan syari’at, soalnya banyak cowok yang menjadikan hadist ini sebagai pembenar menembak cewek. Kan mengungkapkan perasaan kepada yang dicintai itu sunnah, begitu kata mereka.
Kalau ngaku muslim pantang dong pacaran, itu namanya ngotori almamater sendiri. Kalau berani mengungkap cinta, maka harus berani mengkitbah selanjutnya nikah.

BAGAIMANA MENERIMA HADIAH???

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ketahui (ilmunya). Karena pendengaran, penglihatan dan hati pasti dimintai pertanggungjawaban”. QS Al Isra’ ayat 36

Bagaimana kalau makan cokelat hadiah valentin?
Menurut Ustad Budiman Mustofa, Lc. Beliau lulusan Al Ahzar Cairo yang mengajar di PonPes As Salam Surakarta mengatakan
“Cokelatnya (dzatnya) mungkin tidak haram tapi keharaman sesuatu terkadang juga dipengaruhi oleh sebab lain. Apalagi jika ada hubungannya dengan keyakinan (aqidah). Wallahua’lam”
Maksudnya daripada terjebak sesuatu yang haram maka kita jauhi, tidak perlu coba-coba ikut-ikut menikmati coklat yang tidak jelas.

Sekarang kita menjadi paham apa yang harus kita lakukan. Tinggal hati kita masihkah kita berusaha berbohong pada diri kita sendiri. Dan selamat berubah untuk nasib kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar sahabat dipersilakan